#RUANGOPINI
Aku Bukan Domba Spesial
Oleh: Sahabat Fauzi*
Kata pertama adalah ada yang salah dari kejadian dan sistem dalam organisasi. Perlahan semua tahu dan sadar ketika hari, minggu, bulan dan bertahun tahun berada di lingkup organisasi kita sadar perihal rasa yang didapat. Tentu setiap rasa berbeda ada yang merasakan biasa saja, tidak berkembang, menyesal, sekedar menambah cv, mengisi kegabutan, ada juga yang merasakan dampak positif, pengetahuan yang luas, pengalaman yang luar biasa, relasi dan lain lain. Kita juga tahu bahwa organisasi adalah wadah, ia benda mati semua yang terjadi tidak karena organisasi saja, semua langsung bimsalabim berubah, tidak. Tapi juga tergantung pada diri kita masing - masing.
Beberapa kata terakhir sering kali menjadi nasehat umum yang terlontar, menjunjung tinggi setiap personal untuk terus berusaha sebab katanya usaha tidak akan menghianati hasil, perasaanmu perihal yang kau dapat hari ini adalah persoalan dari usahamu sampai detik ini. Pada akhirnya lagi lagi tanpa sadar sistem itu terus berputar membentuk semakin banyak mahasiswa - mahasiswa berlabel Aktivis PMII (Al Fanani) yang tak ber PMII. Pertanyaannya apakah mereka salah?, tentu tidak, sebab faktanya mereka (saat anggota) hanya dianggap domba - domba yang harus digembala oleh pengembala (para pengurus) bernama pimpinan organisasi.
Terakhir belakangan banyak sekali peristiwa dan kejadian yang seharusnya menjadi pembicaraan dalam ruang ruang diskusi tetapi malah hanya menjadi pembicaraan dalam ruang konsolidasi. Hingga akhirnya kesempatan ruang untuk pendalaman pengetahuan, penajaman analisa, dan pembentukan opini dalam diri kader hanyalah katanya sebab rasa dan faktanya sebatas mendengarkan informasi, mengiyakan lalu aksi, bahkan ketidaktahuan permasalahan dalam aksi dibenarkan sebagai bagian dari masa aksi (no problem) begitu katanya.
Selain itu kegiatan - kegiatan yang ada seringkali menjadi seremonial belaka dan untuk memenuhi nafsu pengembala dalam melaksanakan program kerja, jadi kehadiran anggota hanya sebagai jalan terlaksananya program kerja tanpa melihat perihal pencapaian apa yang didapatkan oleh para anggota, mereka diperas waktu dan tenaganya untuk eksistensi lembaga, menjadi panggung bagi para proses senior, lalu beberapa kader akan tetap namun kebanyakan memilih minggat. Hal ini terjadi sebab ketidakmatangan pemikiran pada saat dilaksanakannya program kerja, ada kaderisasi yang sifatnya terlihat "itu itu saja", dan tidak banyak kader kader yang merasa berkembang lebih baik atau terbentuk (saat berada di PMII).
Keterbentukan diri kader kadang berasal dari ruang eksternal bukan sebab internal namun saat itu terbentuk akan selalu ada nama PMII dalam cerita dirinya. Jika ini terus terjadi maka bukan tidak mungkin kebesaran PMII hanya kebanggaan sejarah, perlu kita perbaiki bersama perihal sistem kaderisasi yang sistematis sebelum kultur "itu itu saja" membudaya terus menerus tanpa sadar, mari bentuk kader kader dengan arah dan tujuan yang jelas agar dimasa mendatang PMII memang membentuk kader kadernya bukan hanya mengakui kesuksesan kadernya.
*Anggota Pengurus Biro Pendidikan PMII Rayon Al Fanani Komisariat Unisma

0 comments:
Post a Comment