#RUANGOPINI
Ada Apa Pacaran
Oleh: Sahabat Azhar*
Akhir-akhir ini telah banyak sekali kaum adam dan hawa terjebak dalam sebuah hubungan asmara dalam tanda kutip (pacaran)! Hal tersebut menjadi suatu yang biasa pada jaman sekarang ini, mereka menghabiskan waktu untuk pacaran, meraka ber-gandengan, berpelukan bahkan lebih ekstrim dari hal tersebut, kita sebut saja (hubungan intim) tetapi hal tersebut di nikmati selagi masih dalam ikatan pacaran. Namun hal tersebut hanya berlaku dalam konteks pacaran, tetapi ketika putus dari konteks pacaran maka apa yang terjadi?
Coba kita menjawab dengan menghadirkan satu kasus yang sangat miris, dan bahkan menjadi trending topic di sosial media beberapa waktu yang lalu, baiklah si penulis coba untuk menghadrikan kisah tersebut. Sebelum mengahadirkan kisahnya penulis meminta teman-teman untuk mengirimkan Al-fateha kepada almarhumah Novia, semoga amal ibadahnya di terimah disisi Allah Swt dan mendapatkan tempat yang terbaik disisinya.
Baik kita masuk ke kasusnya. Kasus Novia yang mendapatkan perlakuan pelecehan dan kekerasan seksual oleh salah satu aparat kepolisian, penulis sebut saja namanya Rendi question dalam kasus tersebut apakah kita menyalahkan Rendi, atau Novia ataupun kedua-duanya! Maka jawabannya adalah kedua-duanya salah di terima atau tidak, di senangi atau tidak , tetapi jawabannya tidak bisa dipungkiri bahwa mereka berdua salah. Kalau saja waktu bisa diulang mungkin Novia tidak mau hal itu terjadi bahkan Rendi juga, tetapi yang melatar belakangi permasaahan tersebut menjadi klimaks dari permasalahan itu adalah pacaran atau hubungan di luar nikah, hal tersebut harus dapat diterima karena konteks pacaran tidak baik, baik dalam pandangan islam maupun pandangan masyarakat luas.
Question apa motifnya bagi seseorang untuk melakukan hubungan asmara di luar pernikahan? jawab : mungkin ada yang menjawab karena didasari rasa suka dan cinta, mungkin juga ada yang menjawab karena sekedar memenui keinginan ( hawa nafsu), mungkin juga ada yang menjawab karena ingin mencari teman ngobrol setiap saat, mungkin juga ada yang menjawab ingin mencari pengakuan dari orang lain, mungkin juga ada yang menjawab supaya bisa mengikuti tren remaja jaman now yang kalau nggak pacaran nggak gaul.
Terlepas dari itu jawaban diatas penulis mengahadirkann satu jawaban dari narasumber yang sudah diwawancara beberapa hari lalu. Dia adalah sahabati pergerakan Rayon Al-fanani mahasiswi administrasi publik angkatan 2020 yang tidak perlu saya sebutkan namanya.
Azhar : saya bertanya Apa itu pacaran? Dan saya berargumentasi bahwa Pacaran hanya diperuntukkan bagi laki” dan perempuan yang lemah🤭😂
Sahabati : Pacaran bukan soal itu. Tapi tentang orang yang dapat kita ajak bicara berbagi semua cerita baik senang maupun duka.
Azhar. : Kalau seperti itu nggak perlu pacaran, kita bisa kok diskusi sama teman” guru dan orang lain disekitar kita Nggak perlu pacaran.
Sahabati : Ya terserah lah. Soale lek wes ngalami pasti ero rasane. Rasae iku beda karo ngomong sama temen dan guru.
Dari jawaban tersebut memberikan sedikit gambaran bahwa masih banyak wanita yang beranggapan pacaran merupa hal yang baik dan bisa memberikan kebaikan untuk kedepannya, baik untuk pribadinya, ataupun kekasihnya. Dari cerita diatas tersebut penulis coba membuat teman-teman untuk berfikir bahwa pacaran merupakn suatu perbuatan yang kurang baik di antara laki-laki dan perempuan. Karena cinta merupakan fitrah (suci) yang tidak bisa dimainkan ataupun dinodai dengan apapun apalagi dengan adanya hubungan pacaran. Oleh karena itu penulis mengajak teman-teman untuk keluar dari zona nyaman tersebut karena penulis yakin bahwa teman-teman masih memiliki prinsip dan tujuan hidup yang sudah di bangun dari masa kecil. Jangan biarkan pacaran membuat prinsip dan cita-cita kamu yang sudah kamu bangun menjadi sebuah cerita hayalan (dongeng).
Pesan penulis yang pertama adalah jangan pernah mengharapkan sesuatu yang belum pasti. Karena menurut Dr Bilal Philips “ jangan menjalani hubungan yang haram ( pacaran ) dengan tujuan untuk menjadikannya halal di hari esok. Siapa yang akan menjamin engkau bisa hidup dihari esok?”. Dan yang kedua adalah jangan pernah menghayal untuk menjadi aktor percintaan seperti Romeo dan Juliet bahkan Layla dan Majnun karena dunia cinta mereka sama teman-teman berbeda. Namun semuanya adalah tentang pilihan, penulis tidak bisa memaksa teman-teman untuk tidak pacaran ataupun pacaran, tetapi penulis menegaskan dan menguatkan bahwa yang harus diingat dan digaris bawahi adalah sebuah pilihan adalah resiko yang harus di pertanggung jawabkan dihari esok.
*Anggota PMII Rayon Al Fanani 2020 Komisariat Unisma
smapah sekali orang yg pacaran itu ya
ReplyDeletepacaran itu baik sahabat tpi anda saja yg melihat dari sisi buruknya 🤭🤭
ReplyDeleteMantap kata2 nya
ReplyDeleteMasuk banget ke hati