Saturday, February 13, 2021

#RUANGOPINI

Tasamuh dalam kemajemukan

Oleh: Sahabati Fitri

Kemaren adalah hari yang bertepatan pada Peringatan “Tahun Baru Imlek”. Yaitu salah satu perayaan tahunan etnis tionghoa di seluruh dunia. Tidak terkecuali di Indonesia, negara yang terkenal akan banyaknya suku bangsa di dalamnya. 

KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur) pernah berkata bahwa, “Kemajemukan Harus Bisa Diterima, Tanpa Adanya Perbedaan”, yang artinya sebagai makhluk sosial dengan beraneka ragam suku dan budaya kita harus bisa menerima tanpa ada perbedaan. Kemajemukan pada suatu negara adalah suatu hal yang biasa, tapi sangat jarang sekali orng yang melakukan hal seperti itu, karena setiap perbedaan pasti susah untuk diatur terutama agama. Masing-masing agama pasti menganggap agama merekalah yang paling baik diantara yang lain. Ya, masalah agama itu lah yang menjadi masalah paling besar yang ada di negara tercinta kita ini.

Bahkan negara kita ini yang punya pedoman "Bineka Tunggal Ika" yang mempunyai arti berbeda beda tetapi tetap satu, sekarang sudah mulai memudar, banyak peperangan antar suku, antar agama dan bahkan antar sekolah yang harusnya menjadi generasi penerus bangsa pun ikut andil dalam lunturnya pedoman tersebut. Jadi kita harus yakin bahwa negara yang kaya akan kemajemukan ini bisa bersatu menjadi negara yang hebat.

Kemajemukan yang ada bukan menunjukkan tanda kelemahan kita, melainkan menunjukkan kekuatan kita dan kemajemukan harus bisa diterima tanpa adanya perbedaan, karena perbedaan perbedaan itulah yang melengkapi kita dalam indahnya kebersamaan!

Dalam hal ini kita bisa mengambil nilai-nilai aswaja yaitu Tasamuh (Toleransi). Dari kata tasamuh tersebut dapat diartikan sebagai maksud agar di antara mereka yang berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat atas pendapatnya. Sebagai seorang muslim, gagasan toleransi tidak terlepas dari dimensi normatif dalam Islam yaitu “Dan Tiadalah Kami Mengutus Kamu, Melainkan Untuk (Menjadi) Rahmat Bagi Semesta Alam”.

Toleransi beragama yang bukan saja berada pada ruang penghormatan, tetapi juga upaya untuk menumbuhkan rasa saling memiliki sebagai tanggung jawab dari masing-masing pemeluk agama untuk mempertahankan dan memperkuat kemajemukan. Begitulah Sahabat.


))* Sahabati, Anggota Rayon Al Fanani 2020 Komisariat Universitas Islam Malang.

0 comments:

Post a Comment