Saturday, December 12, 2020

#RUANGOPINI


RTK Unisma di Malam Minggu = Kenangan Mantan, Sampah!

Rapat Tahunan Komisariat telah berlangsung kurang lebih satu minggu, bukankah seharusnya makin hari lebih baik, yang terjadi disini ialah makin buruk. Segala bualan dipersidangan yang "katanya" sebagai evaluasi menjadi fakta bahwa itu memang hanya sekedar bualan.

Sejatinya salah satu dalam ajaran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia terdapat Tri Khidmat yang tersusun atas tiga kata, yaitu taqwa, intelektual dan profesional. Malam ini tri khidmat dalam jiwa kader komisariat unisma ternodai.

Pertanyannya mengapa demikian? pertama coba kita perhatikan kata profesional, menurut Lisa Anggrainy, Profesional yakni sebuah tuntutan bagi seseorang yang sedang mengemban amanahnya agar mendapatkan proses dan hasil yang optimal.

Sedangkan menurut Bertens, Profesional ialah berbagai sikap yang dilakukan seseorang atas nilai-nilai yang sudah disepakati bersama. Misalnya saja komitmen bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan, menerapkan dilai kejujuran dalam kegiatan, dan lain sebagainya.

Fakta yang terjadi, segala macam bentuk kesepakatan dalam persidangan tidak terdapat bentuk tanggung jawab untuk melakukannya. Maka jawaban atas pertanyaan tersebut adalah terteranya kata tri khidmat hanya sebagai hiasan kebanggaan yang sebenarnya telah hilang dari permukaan.

Kedua ialah intelektual, selaku mahasiswa dengan kata maha siapa yang meragukan ke intelektualannya? tentu tidak. Tahu orasi yang disampaikan oleh sahabati Silvia Abdi Pratama diatas podium penyambutan maba tahun 2019, jika tidak, saya ingatkan.

Dalam kesempatannya Sahabati Silvia selaku ketua Dema Uin Maulana Malik Ibrahim menyampaikan "Menjadi mahasiswa kita diharuskan menjadi orang yang perkataannya sesuai dengan perbuatannya, menjadi mahasiswa kita berlatih untuk mengurangi praduga dan mendasarkan pada analisa, dan menjadi mahasiswa seharusnya kita menjadi generasi revolusioner, konseptor dan eksekutor".

Kali ini kita garisi lebih dulu kalimat perkataannya sesuai dengan perbuatannya, lalu bagaimanakah fakta dalam RTK kali ini? selaku mahasiswa, agent of change dan aktivis pergerakan, mungkin pembaca perlu tersemyum lebih dulu, sudah.

Dinilai dari sisi tri khidmat saja, komisariat unisma sudah tidak beres, apalagi di tinjau dari segi lain. Apakah kesadaran ini hanya untuk tinggal dalam pikiran tapi tidak berada dalam setiap tindakan?.

Hal pertama yang perlu dilakukan ialah mengakui, bahwa hari ini komisariat unisma adalah bungkusan sampah yang terbungkus emas, sebaik apapun hal itu dibungkus sampah akan bau sampah. Jika hari ini kita tidak berani membawa perubahan maka masa depan hanyalah kepalsuan.

Perlu di ingat sebagai organisasi yang menganut paham aswaja salah satu ajaran didalamnya ialah "Al Muhaafadhotu Alal Qodimisshoolih Wal Akhdu Bil Jadidi Al Aslah" jadi mulai hari ini kita pertahankan hal lama yang baik dan buang tradisi lama yang tidak baik dan mari berani mengambil hal - hal baru yang lebih baik.

Jika kemudian ini adalah agenda politis, maka pertanyaannya adalah sampai kapan? akankah ini menjadi kebiasaan?. Jika tidak ada yang berani merubah, maka generasi penerus masa depan akan menjadi generasi perusak masa depan yang terus bertambah keburukannya. Begitulah Sahabat.


*))Sahabat Pena: katanya, Anggota Rayon Al Fanani, Komisariat Universitas Islam Malang.

1 comment:

  1. Mahasiswa dengan bualan profesionalitas yang diagung agung dihadapan orang yang tidak tau apa apa 😂😂

    ReplyDelete