#RUANGOPINI
Semenjak peradaban ada begitu pula adanya pengetahuan. Menjadi seorang yang berpengetahuan sangatlah gampang bagi orang yang berakal. Untuk sejauh mana pengetahuan orang itu di lihat sejauh mana orang itu menggunakan akalnya dengan baik.
Lambat laun pengetahuanpun di sistematisasi sehingga muncullah istilah ilmu. Kita di persempit dengan ruang dan waktu, siapa pendidik dan yang di didik, kebebasan yang terkotakkan, dan bahkan materi yang tak berujung.
Nabi saya memerintahkan bahwa mencari ilmu itu wajib bagi mereka yang berakal. Seandainya saya bisa berbicara dengannya bahwa di antara mereka tidak cukup bermateri untuk menjalankan apa yang engkau perintahkan.
Berilmu di wajibkan bagi mereka yang bertahta dan bermodal materi. Menjadi ilmuwan bukan sejauh mana pengetahuannya tapi sejauh mana dia berjalan di gedung tinggi, berkelas, bahkan ada yang menyerupai hotel berbintang.
Pendidikan yang membebaskan justru malah menginjak mereka yang tak bermateri. Kedisiplinan membuat mereka harus berseragam dan bersepatu tanpa mau tau apa yang sudah mereka jual untuk membelinya. Mengejar pangkat merupakan alasan utama dengan harapan pekerjaan yang layak. Tidaklah kecil materi yang di keluarkan hanya untuk berilmu.
Ruang kelas dan seisinya menjadikan pola hidup kita baik dan benar. Saya katakan bahwa itu hanyalah ilusi bagi mereka yang menggunakan otaknya ketika di butuhkan, berpikiran picik, dan mereka yang mendambakan suatu ketidak adilan. Menjadi terdidik tidak dapat memperbaiki yang sudah berlalu dan tidak menjamin cerahnya waktu yang akan datang.
Bukankah banyak dari kita yang merasa hidupnya adalah perjuangan, tanpa menyadari bahwa yang mereka perjuangkan adalah ambisi dan nafsu kepentingannya sendiri. Pada umumnya ilmu akan melahirkan perdamaian hati yang menggetarkan rohani kita sendiri (khasyah) bukan kepandaian bersilat lidah dan nalar hebat otak untuk melahirkan tepuk tangan.
Menjadikan pendidikan yang berkualitas bukan tinggi keatas, menjadikan pendidikan ladang intelektual bukan ladang manusia tak bermoral, menjadikan pendidikan sadar kemanusiaan bukan menginjak dan memarjinalkan itu semua bukan hal yang utopis. Masih menjadi cita-cita yang tak kunjung usai, hal yang menakutkan bagi mereka yang tak bermateri.
Tidak ada yang perlu di salahkan hanya butuh perenungan. Akankah para birokrat yang terlalu banyak kepentingan atau justru masyarakatlah yang tak mau menjadi kaum terdidik? Ya itulah yang harus kita refleksikan.
*)) Sahabat Sirojuddin, Kader PMII Rayon Al Fanani 2017, Komisariat Universitas Islam Malang

Bagaimana caranya supaya masyarakat itu sadar akan pentingnya sebuah pendidikan?
ReplyDeleteEdukasi dari pemerintah baik secara tindakan yang dilakukan pemerintah (perkembangan pembangunan, tindak korup, bahkan tingkah laku seharinya mencerminkan keilmuannya) maupun secara sosialisasi (lisan)
Delete