Tuesday, February 28, 2023

#RUANG OPINI

 



    
    2 Maret 2023

"SINERGISITAS GERAKAN PEREMPUAN DALAM PENGUATAN KAREKTERISTIK KEPEREMPUANAN"
Oleh: Sahabati Nabila
    

     Secara definistik perempuan merupakan sesuatu yang penuh dengan pemberdayaan serta perlawanan, oleh karena itu perempuan dijadikan sebagai simbol gerakan. Gerakan perempuan pertama kali dilakukan pada abad-18 di negara Barat. Adanya ketertindasan dan ketidakadilan yang di 
alami kaum perempuan, sehingga muncullah perlawanan sistem yang menindas mereka. Hal tersebut yang pada akhirnya melahirkan para tokoh-tokoh perempuan seperti Raden Ajeng Kartini , Dewi Sartika, Cut Nyak Dien yang ikut bergerak melawan ketertindasan pada masa itu. 

           Pada awal terbentuknya organisasi pergerakan perempuan  dilakukan oleh individu dan beberapa perempuan yang semakin lama berkembang dan menjadi lebih besar. Organisasi ini bertujuan sebagai wadah menyalurkan aspirasi perempuan yang di anggap mampu memahami pemasalahan-permasalahan perempuan yang sulit terselesaikan secara individual. Hingga sampai pada masa reformasi banyak lahirlah organisasi perempuan sebagai tempat belajar dan memahami kajian-kajian perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya perempuan sadar akan keterbatasan, kebutuhan serta kesetaraan gender. 

        Seperti halnya sekolah, organisasi perempuan juga perlu penataan dan penguatan organisasi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi. Organisasi perempuan bisa berfungsi sebagai pusat interaksi, tempat belajar, penguatan karakter dan moralitas terhadap SDM organisasi tersebut.

       Problematika hulu dan hilir yang terjadi dalam dunia keperempuanan kerap kali kita jumpai. Seperti halnya lemahnya intelektual , diragukannya jiwa kepemimpinan, karakter dan kemampuan berpolitik. Salah satu contohnya kemampuan berpolitik praktis kaum perempuan, baik di tingkat pusat maupun daerah dinilai masih lemah. Selain karena sistem politik cenderung masih didominasi oleh laki-laki, perempuan masih memiliki kelemahan substansial untuk bersaing di dunia politik.

Apakah perempuan saat ini hanya sebagai tontonan bukan tuntunan?

Opini selanjutnya yang akan menjawab. Terima kasih .

0 comments:

Post a Comment