Wednesday, December 8, 2021

#RUANGOPINI

Nasib Petani Ditengah Curah Hujan yang Tinggi

Oleh : Khoirun Nisa*

Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis karena letak astronomis yang digambarkan oleh 2 garis yang kita kenal dengan garis bujur dan garis lintang. Garis lintang itu sendiri adalah garis khayal yang mengelilingi bumi, ia membagi bumi menjadi 2 bagian yaitu bagian utara dan selatan. wilayah indonesia terletak pada 6°LU ( lintang utara) sampai 11°LS (lintang selatan). Sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan antara kutub utara dan kutub selatan, ia membagi bumi menjadi 2 bagian yaitu bagian timur dan bagian barat. Letak astronomis Negara Indonesia jika dilihat dari garis bujurnya terletak pada 95°BT ( bujur timur) dan 141°BT (bujur timur). Indonesia juga terletak pada garis khatulistiwa yang berdampak pada iklim yang ada di indonesia.  Negara kita itu sendiri memiliki iklim tropis yang menyebabkan  Indonesia memiliki 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. 

Musim penghujan biasanya datang pada kisaran bulan Oktober- Maret, namun untuk intesitas curah hujan yang tinggi terjadi sekitar bulan November-Februari. Secara teknis meteorologi suatu wilayah memasuki musim hujan apabila besarnya curah hujan dalam satu dasariah sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasariah berikutnya. Musim penghujan bisa datang lebih awal, sama atau lebih akhir dari pada normalnya ( rata-rata dari periode 30 tahun yang ditetapkan). Berdasarkan besarnya curah hujan, musim hujan bersifat normal ( 85% - 115% dari rata-rata catatan 30 tahun) , bersifat atas nomal ( lebih dari 115%dari rata-rata catatan 30 tahun) atau bersifat bawah normal ( kurang 85% dari rata-rata catatan 30 tahun). Apabila dasariah berikutnya belum menunjukan konsistensi curah hujan, kondisi cuaca dianggap sebagai peralihan musim atau yang disebut sebagai musim pancaroba. 

Pada bulan-bulan Desember curah hujan sudah memasuki intesitas yang tinggi. Curah hujan yang tinggi juga memiliki dampak yang buruk kepada semua sektor terutama perekonomian. Instesitas yang tinggi menyebabkan stok bahan baku menipis karena faktor lingkungan yang tidak mendukung. Negara Indonesia adalah negara yang tekenal sebagai Negara agraris yang artinya perekonomianya bertumpu pada bidang petanian. Dengan curah hujan yang tinggi maka menjadi suatu hambatan bagi para petani. Pasalnya banyak sekali petani yang mengaku gagal panen akibat hujan yang terus terusan menguyur. Banyak tanaman pertanian yang mati akibat besarnya debit air yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman. kerusakan tanaman akibat terendam banjir juga berpotensi tinggi karena curah hujan tinggi. Tanaman pertanian yang apabila terendam oleh banjir akan merusak tanaman itu sendiri, tanaman akan susah untuk berfotosintensis dan respirasi. tanaman yang terendam banjir akan mangurangi suplai oksigen dan karbondioksida dan dapat menyebabkan pembusukan. Tidak ada satupun tanaman yang akan tahan jika debit air yang sangat banyak karena melebihi kebutuhan tumbuhan tersebut, sebagus apapun benihnya dan sebagaimana pun rekayasa genetik yang di lakukan itu akan sama saja. 

Petani yang terdampak bukan hanya petani dari dataran rendah namun juga meliputi  petani di dataran tinggi. Ini yang menyebabkan menipisnya stok persediaan bahan baku perekonomian. Gagal tanam dan dan gagal panen ini membuat kerugian yang sangat besar kepada para petani, ditengah pandemi terutamanya kebutuhan semakin meningkat namun pendapatan menurun. Ini sangat tidak seimbang dari kurva yang seharusnya. Dengan cuaca yang ektrim ini akan menimbulkan peningkatan kelembaban udara yang berpotensi menyebabkan munculnya penyakit tanaman atau yang kita sebut dengan hama. Musim hujan dengan curah hujan yang ektrim ini menyulitkan petani untuk menumpas hama-hama yang ada dalam tumbuhan karena setiap di beri obat lalu turun hujan dan ini sangat tidak efektif obat yang seharusnya di serap tanaman namun terbawa air saat hujan dan akan sia-sia melakukan pengobatan pada hama. 

Dengan meningkatnya penyakit pada tanaman atau hama yang meningkat maka di perlukan penanganan seperti diberikan obat-obat pertanian yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Namun mahalnya harga obat-obatan pertanian juga menjadi suatu kendala yang sangat besar bagi para petani. Apa lagi bila harga panenan mereka jatuh drastis itu sangat tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan saat penanaman sampai dengan perawatan. Harga obat-obatan pertanian yang saya catat hingga hari ini terus saja mengalami peningkatan harga yang sangat tidak masuk akal. Adanya ketidak sepadanan antara harga obat-obatan petanian dan hasil pertanian yang di dapatkan hal ini menjadi pilu tersendiri bagi petani-petani yang ada di Indonesia.

Maka dari pada itu maka pemerintahan bersinergi untuk menciptakan suatu pemecahan solusi ditengah cuaca yang ektrim ini.  program yang dapat membantu petani untuk mensukseskan hasil panen maka langkah-langkah tersebut adalah membuat lubang resapan atau biopori, pengerukan sungai-sungai yang menjadi jalan mengalirnya air, pemanfaatkan pompa air saat terjadi banjir, membuat bendungan, serta asuransi usaha tani untuk antisipasi kerugian pada lahan terdampak bencana banjir. 

Sebagaimana kita sebagai mahasiswa maka kita juga harus ikut serta berkontribusi dalam meningkatkan pertanian yang ada di indonesia ini salah satu langkah yang dapat kita ambil adalah meningkatkan hasil produksi pertanian dengan rekayasa genetik tumbuhan, pemanfaatan teknologi dalam usaha pertanian, pemasaran berbasis teknologi hingga pasar besar luar negri. Dari sini kita akan menciptakan pertanian yang dapat mencukupi semua sektor untuk berlangsungnya roda kehidupan.


*Kader PMII Rayon Al Fanani 2020, Mahasiswa Administrasi Publik FIA Unisma.

0 comments:

Post a Comment