#RUANGOPINI
Oleh: Sahabat Asa*
Berdirinya Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, berawal dari keinginan kuat mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berideologi Ahlusssunnahwal Jama`ah (Aswaja). PMII didirikan di Surabaya pada tanggal 21 Syawal tahun 1379 H atau bertepatan dengan tanggal 17 April 1960.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan untuk menjawab tantangan zaman. Dimana pada saat itu, timbul kegelisahan dan keinginan kuat para intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi sendiri sebagai sarana penyalur aspirasi dan pengembangan potensi mahasiswa. Tentunya sebagai organisasi Islam, PMII meyakini bahwa nilai-nilai Islam (agama) dan keindonesiaan (nation state), merupakan manifestasi dari kesadaran sebagai seorang muslim Indonesia.
PMII bertujuan untuk mendidik kader-kader bangsa dan membentuk pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, tidak hanya pada Akhlak nya saja, tapi juga berilmu, cakap, cerdas dan mau mengamalkan ilmu yang dimilikinya dengan penuh tanggung jawab. Bila dilihat secara historis, kita dapat mengetahui, bahwa PMII merupakan pelopor, pembaharu, dan pemegang misi intelektual untuk meningkatkan harkat dan martabat negara Indonesia dan merupakan elemen mahasiswa yang terus berjuang untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
Hari ini, kita di PMII telah kehilangan Islam bahkan membuangnya jauh-jauh dari diri kita dan organisasi kita, dimana kenyataan yang kita hadapi hari ini telah mengungkap tabir bahwasanya kata Islam dalam PMII hanyalah sebuah pajangan dan sama sekali tidak tercermin dalam sikap yang seharusnya dilakukan oleh kader-kadernya.
Dalam PMII seharusnya diterapkan sikap Aswaja yang menjadi landasan dalam berpikir serta bertindak kemudian dalam Aswaja dan Islam diajarkan akhlakul karimah yang terwujud dalam kasih sayang kita terhadap alam dan sesama manusia namun yang kita temukan hari ini? Metode pengkaderan dalam PMII yang berupa mapaba dan PKD seolah hanya menjadi formalitas saja, karna kemudian apa yang diajarkan didalamnya tidak meresap ke dalam diri manusia yang menjadi kader PMII. Sehingga PMII hanya menjadi sebuah wadah untuk melakukan maksiat, mencari cinta dan bahkan menjadi wadah untuk menghujat tanpa moral serta akhlak. Apakah ini sikap PMII yang benar?.
Dewasa ini kader kader PMII telah melupakan pentingnya membaca dan pentingnya agama serta lebih mengedepankan argumentasi-argumentasi logis tak bermoral yang didasarkan dari dalil-dalil agnostik yang tanpa pernah menyisipkan Tuhan di dalamnya. Kini dalam PMII agama seolah dipermainkan oleh argumentasi yang tak bertuhan, hal ini dilakukan hanya untuk membenarkan sikap yang salah dan melenceng dari tuntunan agama.
Kemana perginya islam dalam PMII? Apa seharusnya PMII diganti kepanjangannya menjadi Pergerakan Mahasiswa Immoral Indonesia?, hal ini tidak akan mengherankan mengingat bagaimana sikap kader-kader PMII saat ini yang menyampaikan aspirasi secara anarkis, tidak habis kita hari ini berkoar masalah kerusakan alam yang dilakukan pemerintah, namun disetiap kegiatan kita selalu meninggalkan sampah, dan yang paling utama seperti yang sudah disampaikan diawal banyak dari kader PMII yang sudah melupakan cara beribadah pada Tuhan, sudah menjadi rahasia umum ketika kader PMII meninggalkan shalatnya ketika berdemo di jalan raya.
Kritik singkat ini seharusnya menjadi cerminan bagi kita kader PMII untuk selamat dari degradasi ini. Kita harus kembali kepada tujuan awal, dimana PMII harus mencetak cendekia-cendekia yang berpikir tanpa pernah melupakan Tuhannya dan memiliki akhlak yang baik kepada alam, sesama manusia dan hubungan yang baik kepada Tuhannya. PMII hari ini harus kembali kepada agama, melakukan kegiatan kegiatan yang memupuk akhlak dan kasih sayang, melakukan kegiatan-kegiatan diskusi yang mencerdaskan, dan memberikan pengaruh baik pada masyarakat sekitar. Hari ini pergerakan kita harus Kembali dilandasi nilai-nilai aswaja, kita harus mengerti dan menjadi orang yang toleran mengambil keputusan dan melihat bukan dari satu sudut pandang saja namun memperhitungkan segala kemungkinan sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat.
*Kader PMII Rayon Al Fanani 2020, Komisariat Unisma

0 comments:
Post a Comment