#RUANGOPINI
Peran Kopri Dalam Tubuh PMII
Citra bahwa sosok laki-laki itu kuat dan rasional sementara sosok perempuan lemah dan emosional merupakan kontribusi budaya. Kontribusi budaya itulah yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsirannya sebagai kodrat sehingga timbullah rantai ketidakadilan dalam menyikapi hak antara laki-laki dan perempuan yang mana akibat dari ketidakadilan tersebut cenderung menindas khususnya kaum hawa atau perempuan. Ketidakadilan tersebut telah berlangsung selama berabad-abad, setua peradaban manusia.
Tidak sedikit sejarah dunia yang memaparkan bahwa perempuan selalu mendapatkan perlakuan diskriminasi, baik dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka maupun hak dalam memperoleh akses yang sama seperti kaum laki-laki. Sejarah ini seharusnya menjadi acuan pembelajaran bagi kita untuk mampu merubah dan memperbaikinya. Memperbaiki yang dimaksudkan disini ialah tidak hanya dari segi peraturan hukum positifnya saja, akan tetapi juga adanya dukungan dan peran dari segala pihak, terutama kesadaran dari perempuan itu sendiri. Sehingga keburukan tentang sejarah perempuan tidak akan kita temui lagi pada era selanjutnya.
Wacana tentang pemberdayaan perempuan pada masa seperti sekarang ini sebenarnya masih sangat perlu dan masih sangat penting sekali untuk mengeksplorasi gagasan-gagasan tentang pemberdayaan terhadap perempuan. Seperti sekarang ini sudah banyak perempuan yang menempati posisi dan mendapatkan peran dalam jabatan penting dilingkungan profesi, baik dalam suatu organisasi tertentu bahkan pemimpin Negara. Untuk menyebut beberapa nama contohnya ialah Mentri luar negeri amerika serikat, Hillary climton, begitu pula perdana mentri Inggris, Margareth Tatcher, mantan perdana mentri Pakistan, Benazir Buto.
Di Negara Indonesia sendiri pernah ada seorang perempuan memimpin Negara ini yakni Megawati Soekarno Putri, juga ada beberapa Mentri di Indonesia yang merupakan sesosok perempuan yang dikenal tangguh dan berani dalam mengambil keputusan yakni Mentri keuangan Sri Mulyani dan Mentri Perikanan Ibu Susi serta dua perempuan paling berpengaruh di jawa timur yaitu Ibu Khofifah selaku gubernur jawatimur dan Ibu Risma sebagai wali kota surabaya. Mereka adalah perempuan-perempuan yang memiliki kualitas berorganisasi yang sangat baik, sehingga kemampuan mereka dalam memberdayakan diri mereka dan memimpin sudah tidak diragukan lagi.
Pendidikan dan organisasi memiliki arti yang serupa yakni usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang bertujuan untuk bisa mengembangkan potensi seseorang secara aktif serta membentuk karakter seseorang agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan pada dirinya yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan Negara. Keduanya mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru.
PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) adalah organisasi pemuda pergerakan terbesar di Indonesia saat ini. Organisasi kesadaran diri dalam memanusiakan manusia yang mengacu pada multi level strategi gerakan. PMII merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan yang berdasarkan atas komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Sebagai sebuah organisasi Islam PMII berpandangan bahwa nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan merupakan perwujudan kesadaran sebagai insan muslim Indonesia.
Sedangkan kerangka keagamaan berdasarkan atas nilai keadilan, kebenaran, toleransi, moderat dan kemanusiaan. PMII memang dirancang sebagai organ atau instrument perubahan sosial. PMII adalah barisan barisan intelektual muda yang menawarkan berbagai format gerakan mulai dari keislaman, kebudayaan pers, wacana, ekonomi, hingga gerakan massa.
Salah satu bagian dari PMII yakni KORPS PMII Puteri atau yang lebih dikenal dengan KOPRI adalah wadah pengembangan dari kaderisasi puteri yang ada di PMII, oleh karena itu proses pengkaderan di PMII harus tertuju kepada seluruh kader tidak memandang perbedaan jenis kelamin, ras, dan sebgainya. Sehubungan dengan hal tersebut, jika dalam kutipan Ki Hajar Dewantoro mengatakan “bahwa setiap rumah adalah sekolah” maka, KOPRI sudah seharusnya menjadi bagian pembangunan pendidikan yang tak terbatas ruang dan waktu bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
KOPRI memiliki tugas memberikan pendidikan yang baik dan benar dengan cara yang baik dan benar untuk mewujudkan kader puteri yang unggul dan maju secara intelektual, spiritual dan professional. Karena sejatinya generasi bangsa yang unggul dan hebat terlahir dari Rahim perempuan yang hebat. Begitulah Sahabat.
.
))* Sahabati Latifatul Wahidah, Mahasiswa Universitas Islam Malang, Fakultas Ilmu Administrasi, Jurusan Administrasi Publik, Kader Rayon Al Fanani
0 comments:
Post a Comment